Refleksi Hari Pers Sedunia, Bagaimana Seharusnya Kita Berperan?


PMII IAIN PONTIANAK - Kita tahu bahwa hari Kebebasan Pers Sedunia jatuh pada tanggal 3 Mei, dan untuk tahun 2020 ini tepat jatuh pada hari Minggu (weekend nih, penulis kira banyak waktu untuk menyelami dunia pers, kuyy) . Dunia Pers sendiri sudah muncul sekitar ratusan abad sebelum masehi pada zaman romawi kuno. Namun penulis yakin, dunia Islam sudah mengawali pers dahulu, dibuktikan dengan adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam Al-Quran, terutama peristiwa-peristiwa yang terjadi di zaman nabi  dan rasul.

By the why, what is the meaning of pers? Sebenarnya “pers” situ berasal dari Bahasa Belanda yang jika dibahasa inggriskan adalah “press” yang artinya penyiaran atau publikasi cetak baik melalui media non elektronik maupun elektronik. Dalam arti kata luas pers mencangkup media seperti Koran, radio, maupun televisi. Namun saat ini media untuk menyampaikan pers sudah berkembang di dunia media sosial, seperti youtube, instagram, facebook dll.

Semakin ke sini, perkembangan pers semakin luas dan maju, karena banyak media yang mewadahi, yang membuat siapapun bisa menjadi bagian dari pers, baik menjadi yang menyampaikan atau menjadii orang yang disampaikan. Kalau dahulu mungkin untuk berperan kedalam dunia pers/jurnalistik tidak semudah sekarang yang hanya bermodalkan smartphone dan kuota, dahulu perjuangan untuk menuangkan aspirasi dan tulisan begitu sulit, untuk masuk ke Koran atau radio pun harus melalui proses seleksi yang begitu ketat. But today ? we are free guys.

Tapi kalian merasa tidak, bahwa semakin banyak  tempat untuk berekspresi, namun kita malah semakin bungkam? Terutama untuk mahasiswa nih, yang semestinya memegang peran sentral dunia pers, ya karena katanya mahasiswa adalah agen of change yang harus berpihak pada yang lemah dan menyuarakan kebenaran? apakah penulis berlebihan hemm. Karena kalau bukan kita siapa lagi? I know di luar sana banyak jurnalis/wartawan yang professional, but jumlahnya tidak sebanyak kita guys. Maksudnya begini, tidak sedikit netizen yang menyalahgunakan media untuk menyebarkan berita hoax, siapa lagi yang memerangi hal tersebut selain jurnalis professional dan mahasiswa, meskipun setiap orang bisa melakukan dan memerangi, but kita menjadi bahan perhatian ketika suatu sistem terlihat gaduh bukan?

Banyak komuitas pers yang terbentuk saat ini, baik di ruang lingkup masyarakat, pelajar, mahasiswa, maupu pemerintahan. Salah satunya adalah Aliansi Jurnalsi Independen (AJI) yang saat ini diketuai oleh Abdul Manan. Dalam penyampaiannya, penulis membaca di salah satu web resmi bernama VOA, bahwa saat ini kebebasan pers di Indonesia tidak tumbuh, menurutnya ada tiga hal yang membuat kebebasan pers di Indonesia tidak tumbuh. Yang Pertama adalah sistem yang korup yang membuat lembaga negara tak berfungsi dengan baik, yang kedua, kemiskinan yang menjerat kalangan wartawan (yup karena menurut penulis juga kesejahteraan wartawan itu perlu. Kemudian yang terakhir adalah iklim ketakutan, menurutnya wartawan sering menghadapi ancaman, dan itu tidak hanya berwujud ancaman fisik.

Padahal kebebasan pers sudah dicantumkan dalam UUD 1945, pun di dalamnya juga terdapat hukum yang berisi perlindungan untuk seorang wartawan/jurnalis. Ditambah lagi UU ITE yang dapat melindungi warganet dari bahaya bahaya ancaman. But why we are still afraid? Termasuk penulis juga. Hehe. Mungkin kalian bisa menulis di kolom komentar di lama web www.pmiiiainpontianak.or.id

Tapi perlu juga ada apresiasi terhadap komunitas-kominitas jurnlalistik dari semua kalangan usia, meskipun kadangkala mereka takut mengugkapkan hal-hal ekstream (yang berkaitan dengan ancaman diri). Namun mereka juga mengeshare peristiwa-peristiwa yang sifatnya positif, yang mungkin di dalmnya ada nilai-nilai kedamaian, yang bisa menetralisir hoax yang beredar. Salah satunya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia IAIN Pontinak, sudah memulai langkah awal dengan adanya beberapa penulis senior maupun junior yang berbakat, yang sudah mulai menuliskan hal-hal untuk mengisi dunia pers. Hehe.

Yah, kami menyebutnya citizen reporter yang sudah ada wadahnya, yaitu Lembaga Semi Otonom (LSO) Jurnalistik, and everyone can become citizen reporter. Dimulai dengan menuliskan peristiwa-peristwa kecil yang ada disekitar, kita sudah berperan dalam dunia literasi pers. Karena kami tidak ingin hanya menjadi konsumen media, kami juga ingin menjadi produsen tulisan-tulisan di media sosial.

Last statement, dihari kebebasan pers sedunia ini, setidaknya ada langkah awal untuk menulis di media, meskipun hanya 1 sampai 2 paragfraf, jika hal tersebut bermanfaat kenapa tidak? Saat ini hoax dan ujaran kebencian mudah tersebar, nah sudah seharusnya kita tidak tinggal diam. Jika tidak ingin menulis hal hal baik, setidaknya kita membaca hal-hal baik dan menyebarkannya. Mari menjadi bebas, untuk kebenaran dan hal-hal positif. Selamat Hari Pers Sedunia.

Penulis : Siti Maulida
Editor : MULTIMEDIA PMII IAIN Pontianak


Posting Komentar

0 Komentar